Falsafah Ilmu Pengetahuan
BAB I
Falsafah Ilmu Pengetahuan
1.1.
Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein berarti
teman atau cinta, dan shopia shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah atau
berarti. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala
ilmu pengetahuan. Kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata
falsafah (Arab), philosophie (Prancis, Belanda dan Jerman), serta philosophy
(Inggris). Dengan demikian filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (menjadi kata sifat) bisa berarti teman kebijaksanaan (kata benda)
atau induk dari segala ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pengertian filsafat menurut para tokoh :
- Pengertian filsafat
menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
- Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada
- Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid
Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
- Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan
bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan
usaha untuk mencapainya.
- Al Farabi (wafat 950 M)
filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekatnya yang sebenarnya.
- Phytagoras
(572-497 SM) ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai kata
philosopia yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan
kebijaksanaan itu sendiri.
- Plato
(427-347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika.
- Aristoteles
(382–322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang
kebenaran.
- Al-Farabi
(870–950) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
- Descartes
(1590–1650) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan
tentang tuhan, alam dan manusia.
- Immanuel
Kant (1724 –1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Contoh:
Contoh:
- Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu
alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
- Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku
manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari
perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang
pemudi cocok menjadi perawat.
1.2.
Hubungan antara Filsafat dan Ilmu
Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup
seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang
melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan
masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai
obyek material dan formal.Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat
mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya
mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia
memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan
berkembang.
Filsafat
membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan
ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap
langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Sebelum Masuknya Teknologi
Hubungan
antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa
yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling
melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk
berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu pengetahuan.
Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi
seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan
hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia
alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat
tersebut.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf.
Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah,
dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
2.
Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat
adalah alam, manusia dan ketuhanan.
Bedanya
filsafat dengan ilmu-ilmu lain.
1) Filsafat menyelidiki, membahas, serta
memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan
satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta
pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu vak
menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat
membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan
tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya.
2) Filsafat tidak saja menyelidiki tentang
sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak
membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
3) Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa
ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu
vak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang
menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah
bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas
lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat,
antara sosiologi dengan antropologi. Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar
menentukan batas-batas masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu
ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan
batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut.
1.3. Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini serta keberhasilan menerapkan
pandangan-padangan dan temuan-temuannya, bukan hanya memperluas cakrawala dan
memperdalam kepemahaman manusia mengenai alam semesta, tetapi juga telah
meningkatkan kemampuan kontrol manusia atas daya-daya alam bahkan atas
kesadaran manusia lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kepada
manusia kekuasaan yang semakin besar atas realitas. Sekalipun demikian, tidak
dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membawa juga bersamanya
berbagai problem baru yang memprihatinkan yang menuntut kehendak
sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya, serta seringkali tidak dapat ditunda.
Dalam keadaan demikian orang cenderung kembali mencari jawaban atas problem
yang dihadapinya di dalam ilmu pengetahuan lagi. Sesuatu yang wajar dan alamiah.
Kedahsyatan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia membawa
kecenderungan berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan
segala-galanya. Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem yang ditimbulkan
oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan
manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem
yang mempunyai kandungan moral. Pengalaman menunjukkan bahwa manusia cenderung
terlambat dalam hal ini. Hampir selalu isu moral yang sesungguhnya melekat ke
penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi baru disadari setelah ada
dampak yang buruk terhadap kehidupan.
Di sinilah kita yang berasal dari dunia pendidikan,
khususnya yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, berhadapan dengan
sebuah kenyataan mengenai betapa penting memahami hakikat ilmu pengetahuan yang
sesungguhnya, kemungkinan-kemungkinan yang dimunculkan tetapi juga
keterbatasannya, serta peran dalam masyarakat. Dengan pemahaman ini, maka
ketika ilmu pengetahuan dan metodenya diperkenalkan ke masyarakat baik melalui
pendidikan formal maupun non-formal, kita selalu dapat berangkat dari titik
yang paling dasar: ilmu pengetahuan adalah buah karya manusia demi kemanusiaan
itu sendiri
1.4.
Kelahiran Ilmu Pengetahuan Modern
Pada mulanya
manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu. Karena
mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya. Objek
utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam.
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus
digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Ada beberapa metode keilmuan, yaitu:
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Ada beberapa metode keilmuan, yaitu:
1. Penalaran Deduktif
(Rasionalisme)
Dalam menyusun
pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif
adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam pemikiran ini, manusia sudah
memisahkan dirinya sehingga memandang alam dengan jarak terhadap dirinya.
Manusia sebagai subjek menempatkan dirinya di luar alam yang dijadikan objek.
2. Penalaran Induktif
(Empirisme)
Penganut empirisme
menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif
adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum. Menurut paham empirisme
ini, gejala alam itu bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indra
manusia. Dengan pertolongan panca indranya, manusia berhasil menghimpun sangat
banyak pengetahuan. Himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan
yang disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya.
Kapan ilmu
pengetahuan lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas
sesuatu dinyatakan pengetahuan adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu
pada rasionalisme and empirisme. Pengetahuan sudah ada dari zaman purba, inilah perkembangan
pengetahuan dari masa ke masa :
a. Zaman Purba
Dari
peninggalan-peninggalan yang ditemukan, yang berupa alat-alat dari batu dan
tulang, sisa-sisa dari berbagai tanaman dan gambar dalam gua-gua dapat
dianalisis pengetahuan yang telah dimiliki manusia purba. Pada zaman ini
pengetahuan diperoleh berdasarkan:
a. Kemampuan
mengamati
b. Kemampuan
membeda-bedakan
c. Kemampuan
memilih
d. Kemampuan
melakukan percobaan tanpa disengaja “trial and error”
Dalam
perkembangannya manusia purba juga dapat memperoleh pengetahuan atau kemampuan
sebagai berikut:
a. Pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman
b. Kemampuan
melakukan abstraksi berdasarkan kesamaan atau keteraturan
c. Kemampuan
menulis dan berhitung, dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses
sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
d. Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang
semuanya berdasarkan proses abstraksi.
e. Kemampuan
meramal berdasarkan peristiwa fisis, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
b. Zaman Yunani
Masa 600 tahun
sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya disebut
zaman Yunani. Dalam bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran
yang sekadar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini
dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Mereka memiliki ”inquiry
atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam
dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales dalam rangka
membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang penting bukan jawaban yang
diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”. Karena dari pertanyaan akan
menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus.
Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan
penyelidikan.
Archimedes
(287-212 SM). Archimedes mempelajari matematika, fisika dan mekanika serta
menerapkan sebagian penemuannya pada usaha membuat alat-alat. Perhitungan dan
penemuan hukum Archimedes dimulai dengan pengalaman, dan kemudian
diidealisasikan dalam alam pemikiran (analisis teoritis), akhirnya dibuktikan
dengan percobaan. Dengan demikian, sebenarnya Archimedes sudah menemukan ilmu
pengetahuan modern.
Disamping Thales
dan Archimedes terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Phytagoras,
Plato dan Aristoteles
c. Zaman Modern
Pada permulaan
abad ke-14, di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengatahuan. Sejak zaman itu
sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia
pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294)
yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan
dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler, dan Galileo merupakan
pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman
tersebut. Mereka menciptakan prinsip Heliosentrisme.
Perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang
berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang
landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan
dengan menguraikan metodenya. Setelah adanya karya F. Bacon tersebut, muncullah
tokoh-tokoh yang peranannya sangat menentukan dalam berkembangnya ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah
Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya
dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Komentar
Posting Komentar